Penanganan Stunting: Suatu Review Penelitian

Siti Rukayah

  • Siti Rukayah STIKES Persada Husada Indonesia
Kata Kunci: penanganan, stunting, balita

Abstrak

Indonesia termasuk negara dengan prevalensi stunting tertinggi ketiga di South-East Asian Region setelah Timor Leste dan India (Teja, 2019). Prevalensi stunting di Indonesia berdasarkan Riskesdas meningkat dari tahun 2007 (36,8%)  naik menjadi 34,6% (2010); dan  37,2% (2013); kemudian menurun menjadi 30,8% (2018). Tulisan ini mengulas persoalan stunting pada anak di Indonesia secara deskriptif. Penelitian ini merupakan review dari 10 hasil penelitian tentang stunting yang dilakukan pada awal tahun 2021. Sebanyak 8 artikel terbitan tahun 2019, satu artikel terbitan tahun 2015 dan satu artikel tahun 2021. Pada tahap pertama akan dipaparkan jumlah sampel, metode dan hasil penelitian dari jurnal-jurnal tersebut. Tahap kedua jika ada tabel yang sama maka akan dianalisis dengan menggunakan rerata hasil dari tabel-tabel tersebut. Selanjutnya untuk hasil-hasil yang tidak ada pembandingnya dilakukan rangkuman dari hasil-hasil penelitian yang belum dianalisis. Sebanyak tujuh artikel penelitian menggunakan metode kasus control dan tiga artikel menggunakan metode cross sectional. Berdasarkan jenis kelamin stunting lebih tinggi pada balita perempuan dibandingkan balita laki-laki, kasus terbanyak pada umur 37-48 bulan, mayoritas balita stunting pernah sakit infeksi. Balita stunting juga memiliki riwayat imunisasi yang tidak lengkap. Riwayat BBLR hanya 40,5% pada kejadian stunting juga balita yang tidak mendapatkan ASI ekslusif dan mengalami stunting hanya 20%.  Dari variabel terkait stunting,  ada lima variabel yang berkaitan dengan masalah gizi yaitu BBLR, status gizi, pola makan, ASI eksklusif, dan asupan gizi. Satu berkaitan dengan penyakit infeksi, satu terkait perkembangan balita yang terlambat, dan satu variabel lain-lain terkait peran ibu balita.

Diterbitkan
2021-04-15

##plugins.generic.recommendByAuthor.heading##

1 2 > >>