Pengaruh Suhu Udara dan Pencahayaan di Ruangan Kelas Terhadap Kejadian Sick Building Syndrome pada Mahasiswa STIKes Persada Husada Indonesia

Evi Vestabilivy, Charera Sapoetra Li Hadien

  • Evi Vestabilivy STIKES Persada Husada Indonesia
  • Charera Sapoetra Li Hadien STIKES Persada Husada Indonesia
Kata Kunci: SBS, Kualitas Udara, Usia

Abstrak

Sick Building Syndrome (SBS) atau sindrom gedung sakit sudah dikenal sejak tahun 1970. Sick Building Syndrome (SBS) menjadi masalah kesehatan akibat lingkungan kerja yang berhubungan dengan buruknnya kualitas udara dalam ruangan, IAQ dan ventilasi pada gedung perkantoran. World Health Organization (WHO) tahun 1984 melaporkan 30% gedung baru diseluruh dunia memberikan keluhan pada pekerjanya dihubungkan dengan IAQ (DITA, 2019). Penelitian ini dilakukan setelah pandemi Covid-19 mereda, mahasiswa telah melakukan kegiatan belajar secara tatap muka. Dalam sehari mahasiswa melakukan aktivitas didalam kampus sekitar 2-6 jam, mahasiswa melakukan aktivitas pekerjaan di dalam ruangan selama 2-6 jam. Adapun keluhan SBS yang sering di temukan adalah pilek, hidung tersumbat, sakit kepala, iritasi mata, tenggorokan kering, sulit berkonsentrasi, kedinginan, dll. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan pengamatan dan kuesioner. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 122 orang dan menggunakan total sampling sebanyak 122 orang. Hasil penelitian menunjukan rata – rata usia 20 – 29 tahun yang merasakan gejala SBS (n=30) tidak merasakan gejala SBS (n=41). Ada hubungan yang signifikan antara usia dengan gejala SBS dengan nilai p-value sebesar 0.018 (< 0.05).

Diterbitkan
2023-01-15

##plugins.generic.recommendByAuthor.heading##

1 2 > >>